Bercermin dari semangat kerja Mbah Limin. Diusianya yang terbilang renta, 81 tahun si mbah yang satu ini tetap enerjik.
Minggu pagi menjelang siang, saat duduk menikmati segelas kopi di sebuah warung kecil yang berada di Jalan Desa Purbasari Kecamatan Karangjambu, tiba tiba mata ini melihat dikejauhan ada seorang tua renta tengah asik bercocok tanam sendirian ditengah sawah.
Spontan bertanya kepilik warung “niku sinten, bu?” (baca : “itu siapa, bu?).
Si pemilik warungpun menjawab dengan cepat : “Itu pensiunan Kepala Sekolah namanya mbah Limin”.
Saya pun berfikir untuk menghampiri Bapak tua renta itu.
Lalu saya mohon ijin kepada salah seorang yang duduk disebah saya yang rupanya kakak dari ibu pemilik warung : “Pak, pinjam sandalnya ya, saya mau kesana” sambil menunjuk ketengah sawah dimana si Mbah tengah asyik bekerja.
Dengan lugas si Bapak menjawab “jangan mba, disana becek lumpurnya tinggi melebihi mata kaki, nanti saya panggilkan saja, kebetulan, biasanya menjelang dluhur juga istirahat”, ujarnya.
Singkat cerita sayapun bertatap muka dengan si mbah, dan beginilah sedikit cerita dari si Mbah :
Mbah Limin, begitu beliau akrab disapa, lahir di Desa Karangjambu pada tanggal 29 Pebruari 1936. Pensiun sebagai Kepala SD Negeri 1 Purbasari Kecamatan Karangjambu pada tahun 1994. Beliau menjadi Kepala Sekolah sejak tahun 1978, sebelumnya berprofesi sebagai Guru Sekolah Dasar.
Rumahnya di Dukuh Kepetek, Desa Purbasari Kecamatan Karangjambu. Setiap pagi aktifitasnya di tegalan dan di sawah miliknya, pulang kerumah menjelang dluhur. Jarak dari rumah menuju sawah yang berada di pinggiran singai tung tung Gunung, kurang lebih 500 meter berkelok kelok dan naik turun. Sekalipun perjalanan dari rumah menuju sawah naik turin, namun mbah Limin masih kuat dan gagah berjalan kaki.
Sedangkan istrinya, bernama mbah Rodiah kini berusia 70 tahun. Meskipun usianya terbilang renta, mbah Rodiah masih aktif menjadi relawan mengajar di PAUD Al Ridhlo yang berada di depan Balai Desa Purbasari.
Melihat langsung aktifitas mbah Limin diusianya yang renta, seperti sedang mendapat suntikan semangat untuk selalu memberi nilai manfaat bagi sesama. Sekali lagi ini membuktikan bahwa belajar tidak hanya dari buku. Belajar juga bisa dengan mengambil hikmah dari perjalanan. (*budhe)
Teringat syair lagu inih:
“Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk hm…
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia..”
Mbah Limin kekinian, kang…. Difoto minta lagi