Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1439H aneka jajanan kueh kering berderet menghiasi toko-toko roti. Bahkan banyak ibu-ibu rumah tangga yang berjualan dan menerima pesanan kueh kering secara musiman.
Begitu pula dengan Maisah ibu rumah tangga yang beralamat di Desa Mangunegara Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah dirinya mengaku kebanjiran pesanan aneka kueh kering setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Maisah merintis usahanya sejak 17 tahun yang lalu. Kala itu suaminya, Bihun yang bekerja di salah satu toko roti ternama di Purbalingga keluar dari pekerjaannya. Lalu Bihun berusaha sendiri dengan mengumpulkan barang bekas untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Berbekal keterampilan yang dimiliki, Bihun juga mencoba usaha dan menerima pesanan aneka kueh, bolu dan roti ulang tahun di rumahnya.
“Dulu saya belum bisa membuat kueh kering. Hanya melihat kalau suami saya sedang membuat kueh. Lalu saya mencoba sendiri membuat tapi hasilnya belum bagus. Kadang-kadang hasilnya terlalu keras, kadang-kadang lembek. Lalu sami saya yang memberi tahu caranya supaya hasilnya bagus dan rasanya enak”, kata Maisah.
Sejak saat itu Maisah terus menekuni usaha rumahan membuat dan menerima pesanan kueh dan bolu. Menjelang Hari Raya Idul Fitri kueh kering yang diminati banyak pembeli diantaranya nastar, lidah kucing dan putri salju. Sedangkang setelah Hari Raya, Maisah banyak menerima pesanan bolu, cake dan lapis surabaya untuk hajatan dan resepsi pernikahan.
Untuk satu toples kueh kering dijual oleh Maisah seharga 25ribu rupiah sedangkan satu buah bolu seharga 22ribu 500 rupiah.
“Dulu waktu suami saya baru keluar dari pekerjaan saya berfikir bagaimana kehidupan kami, bagaimana kami menghidupi keluarga. Tapi Alhamdulillah dengan usaha mandiri membuat kueh kami mampu menyekolahkan anak kami hingga perguruan tinggi”, tutur Maisah menutup pembicaraan saat ditemui bralink.id di rumahnya. (Sabtu, 16/6)