Opini – Arief Rahmat Hikayat
Seperti kita ketahui bahwa Gula Merah merupakan salah satu produk unggulan Kabupaten Purbalingga, sehingga keberadaannya menjadi kebanggaan warga masyarakat Kabupaten Purbalingga.
Akan tetapi proses untuk menjadi sebuah Gula Merah memang tidaklah mudah dan membutuhkan perjuangan yang luar biasa, bahkan seringkali nyawapun menjadi taruhannya.
Yang terbaru adalah meninggalnya penderes yang bernama Marjuki, warga Sidareja Kecamatan Kaligondang. Dan kemarin, Selasa (20/2) seorang penderes kembali jatuh dari pohon kelapa, yaitu Judi warga Buara Kecamatan Karanganyar.
Walaupun nasibnya tidak setragis Marjuki, tetapi Judi harus menerima kenyataan bahwa tulang belakangnya patah.
Melihat seringnya jatuh korban baik korban jiwa maupun luka-luka ketika menderes air nira, maka mestinya hal ini menjadi perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Purbalingga, karena Para penderes tidak hanya menjadi pejuang keluarga, tetapi juga ikut mempertahankan dan ikut memboomingkan Gula Merah sebagai produk unggulan lokal Kabupaten Purbalingga.
Banyak cara sebenarnya untuk membantu para penderes supaya mereka bisa tenang dan nyaman dalam bekerja, seperti mislanya Pemerintah Daerah bisa memfasilitasi para penderes dalam keikutsertaan anggota BPJS, kemudian Pemda juga berkewajiban dalam melakukan pengadaan alat pengaman bagi para penderes ketika akan mengambil air nira.
Hal ini bisa meminimalisir jatuhnya korban berikutnya. Terkahir yang tak kalah pentingnya adalah Pemerintah Daerah ikut berperan aktif dalam memasarkan Gula Merah di tingkat Nasional, atau syukur-syukur smpai ekspor ke luar negara.
Mudah-mudahan kedepan, tidak ada lagi Marjuki-marjuki berikutnya. Sehingga tidak hanya Knalpot, Gula Merahpun bisa menjadi ikon masyarakat Purbalingga.
(ARH..)