Yang terpikir ketika berkunjung ke Yogyakarta umumnya adalah Malioboro, Parangtritis atau yang tengah marak saat ini puluhan pantai disepanjang jalur di wilayah gunung kidul seperti pantai indrayanti, pantai sadranan, pantai drini dan lainnya. Serta sejumlah destinasi wisata baru di wilayah Bantul seperti Pinus Asri Mangunan.
Keterangan foto : Tampak samping bangunan Museum Dirgantar Yogyakarta.
Yogyakarta memang istimewa dari sekian banyak destinasi wisata di Yogyakarta yang sudah sangat dikenal masyarakat ada satu lagi destinasi wisata yang bisa dijadikan tempat untuk mengenalkan sejarah serta wisata edukasi, yaitu Museum Dirgantara.
Museum Dirgantara berada di Komplek Pangkalan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) Landasan Udara Adisutjipto, Yogyakarta, telpon 0274 – 484 453. Merupakan museum untuk menyimpan dan mendokumentasikan peristiwa bersejarah yang berkaitan dengan TNI AU.
Berbagai koleksi yang tersimpan di Museum Dirgantara Yogyakarta diantaranya tersimpan di ruang Diorama Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD), Ruang Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI AU.
Keterangan Foto : “Swa Bhuwana Paksa” Lambang Resmi TNI AU merupakan sumbangan pemikiran Prof. Dr. Ng. Purbacaraka. Swa berarti Aku Sendiri. Bhuwana berarti Tanah air. Paksa berari Sayap / Pembela / Pelindung. Arti lengkapnya adalah Sayap Tanah Airku.
Tertulis pada prasasti, yang ditandatangani oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi RI, Ahmad Tohari pada tanggal 27 September 1986, Diorama SKSD merupakan sumbangan Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi kepada TNI AU untuk mengungkapkan peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia dalam bidang telekomunikasi dirgantara sebagai perwujudan pembangunan telekomunikasi Nasional untuk mewujudkan wawasan Nusantara.
Ada banyak sejarah yang bisa dipelajari di Museum Dirgantara, seperti sejarah Perebutan Pangkalan Udara Maguwo pada tanggal 9 Oktober 1945. Setelah Bangsa Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak serta merta fasilitas yang dikuasai oleh Tentara Jepang diserahkan kepada bangsa Indonesia termasuk Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta. Pada tanggal 23 Agustus 1945 diumumkan berdirinya Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan bagi daerah-daerah yang memiliki pangkalan udara berdiri pula BKR Udara. Tugas utama BKR Udara bersama-sama masyarakat sekitarnya mengambil alih kekuasaan Pangkalan Udara beserta segala fasilitas dari Tentara Jepang.
Keterangan Foto : Salah satu pengunjung berfoto di Ruang Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI AU Museum Dirgantara Yogyakarta
Setelah terjadi pertempuran di Kotabaru sebagai markasTentara Jepang dan berhasil dikuasai pejuang-pejuang Indonesia pada tanggal 7 Oktober 1945 maka seluruh unsur BKR melanjutkan penyerangan ke pangkalan udara Maguwo hingga akhirnya apa tanggal 9 Oktober 1945 pangkalan udara Maguwu beserta seluruh fasilitasnya dikuasai oleh pejuang Indonesia.
Untuk berkunjung ke Museum ini pengunjung harus melapor terlebih dahulu kepada petugas yang ada di portal pintu masuk komplek TNI AU. Museum Dirgantara buka setiap hari Senin hingga Minggu mulai jam 08.30 sampai dengan jam 3 sore, dengan tiket masuk 5ribu per orang dan 25ribu rupiah untuk parkir Bus. (*)